A.Pengantar
Untuk dapat membetulkan sesuatu, kita harus mengetahui
dengan tepat letak kesalahan terlebih dahulu. Tanpa mengetahui letak
kesalahannya, suatu pembetulan mungkin justru menyebabkan kesalahan atau
kerusakan yang lebih parah dari sebelumnya.
Demikian pula dalam pembetulan suatu kalimat. Kesalahan penyimpangan dari aturan yang benar atau betul. Selanjutnya perlu dibedakan antara kalimat yang salah dan kalimat yang kurang efektif. Suatu kesalahan memang bisa saja memang bisa mengakibatkan tuturan yang bersangkutan kurang efektif, namun ada juga tuturan yang dari sudut tata bahasa tidak salah, tetapi juga kurang efektif. Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat ditangkap dan mudah dipahami oleh pembaca, menghayati masing- masing tuturan itu. Keterpahaman inilah yang menjadi salah satu kriteria kalimat efektif. Kriteria lain adalah kelaziman. Pemakaian kata, susunan frasa dan kalimat tertentu dipandang lazim dalam ragam bahasa tertentu, namun belum tentu lazim dalam ragam bahasa lain. Dalam karangan keilmuan sudah barang tentu diharapkan memakai kata, susunan frasa dan kalimat yang lazim dalam ragam bahasa keilmuan.
Demikian pula dalam pembetulan suatu kalimat. Kesalahan penyimpangan dari aturan yang benar atau betul. Selanjutnya perlu dibedakan antara kalimat yang salah dan kalimat yang kurang efektif. Suatu kesalahan memang bisa saja memang bisa mengakibatkan tuturan yang bersangkutan kurang efektif, namun ada juga tuturan yang dari sudut tata bahasa tidak salah, tetapi juga kurang efektif. Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat ditangkap dan mudah dipahami oleh pembaca, menghayati masing- masing tuturan itu. Keterpahaman inilah yang menjadi salah satu kriteria kalimat efektif. Kriteria lain adalah kelaziman. Pemakaian kata, susunan frasa dan kalimat tertentu dipandang lazim dalam ragam bahasa tertentu, namun belum tentu lazim dalam ragam bahasa lain. Dalam karangan keilmuan sudah barang tentu diharapkan memakai kata, susunan frasa dan kalimat yang lazim dalam ragam bahasa keilmuan.
B. Kesalahan Kalimat
Kesalahan kalimat dapat dibedakan dari dua segi, yakni
kesalahan internal dan kesalahan eksternal. Kesalahan internal adalah
kesalahan kalimat yang diukur dari unsur-unsur dalam kalimat, sedangkan kesalahan
eksternal diukur dari unsur luar kalimat yang bersangkutan. Kesalahan dari segi internal dapat dipilah menjadi beberapa
tipe. Tipe pertama adalah kesalahan kandungan isi yang menyebabkan
kalimat menjadi tidak logis sebagaimana tampak pada contoh-contoh
berikut.
(1) Menurut Habibi (dalam Nimbar, 1993) menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi yang diterapkan secara tepat guna diarahkan untuk memberantas kemiskinan dan keterbelakangan.
(1) Menurut Habibi (dalam Nimbar, 1993) menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi yang diterapkan secara tepat guna diarahkan untuk memberantas kemiskinan dan keterbelakangan.
(2) Dengan pemakaian pupuk urea pil dapat menyuburkan
tanaman dan meningkatkan produksi pertanian
(3) Di dalam artikel itu menyuratkan bahwa sumber daya
alam yang bermacam-macam di Indonesia ini belum dimanfaatkan secara maksimal.
(4) Kepada semua informan mendapatkan dua macam
instrumen yaitu angket dan catatan kegiatan
Semua kalimat di atas merupakan kalimat yang tidak logis.
Untuk membuktikan itu dapat digunakan pertanyaan-pertanyaan mengenai isi
setiap kalimat itu. Pada kalimat (1) dapat dinyatakan siapa yang menyatakan.
Jika dinyatakan hal itu, jawaban tidak ada, walaupun bisa saja dijawab dengan Habibi.
Akan tetapi, Habibi pada kalimat (1) itu tidak menempati pokok
kalimat, melainkan keterangan sebagaimana disyaratkan oleh kata mereka. Jadi,
pertanyaan itu sebenarnya tidak dapat dijawab dengan Habibi. Baru bisa dijawab
dengan Habibi (3) jika kalimatnya diubah menjadi Habibi (dalam Nimbara, 1993)
menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi yang diterapkan
secara tepat guna diarahkan untuk memberantas kemiskinan dan keterbelakangan. Pertanyaan tentang pokok kalimat juga tidak dapat
dikenakan pada kalimat. (2). Jika dipertanyakan dengan kalimat Apa yang
menyuburkan tanaman?, jawaban tidak dapat dicari dalam kalimat itu. Barulah
jawaban dapat ditemukan jika frasa dengan pemakaian dihilangkan sehingga
kalimatnya menjadi Pupuk Urea Pil dapat menyuburkan tanaman dan meningkatkan produksi
pertanian. Dengan pola pertanyaan yang sama, jawaban juga tidak dapat
ditemukan dalam kalimat (3). Jawaban baru dapat dicari jika kalimat (3) itu
diubah menjadi kalimat-kalimat di bawah ini :.
Artikel itu menyuratkan bahwa sumber daya alam yang
bermacam-macam di Indonesia ini belum dimanfaatkan secara maksimal.
atau
Di dalam artikel itu tersurat (disuratkan) bahwa sumber daya
alam yang bermacam-macam di Indonesia ini Indonesia belum dimanfaatkan
secara maksimal.
Jika dipertanyakan dengan kalimat Siapa yang
mendapatkan dua macam instrumen? Jawaban tidak dapat dicari dalam kalimat
(4). Jawaban terhadap kalimat itu baru dapat diarahkan ke semua informan
jika kalimat (4) itu diubah menjadi kalimat berikut.
Semua informan mendapatkan dua macam instrumen, yaitu angket
dan catatan
kegiatan.
Alternatif lain yang merupakan ubahan kalimat (4) masih ada.
Unsur mendapat diubah menjadi diberikan sehingga terwujud kalimat yang
logis berikut.
Kepada semua informan diberikan dua macam instrumen, yaitu
angket dan catatan kegiatan. Ketidakjelasan hubungan fungsional dapat menyebabkan gagasan dalam kalimat menjadi berbelit-belit
sehingga sulit dipahami orang lain sebagaimana tampak pada contoh-contoh
berikut.
1. Prestise pekerjaan merupakan kegiatan yang
dilakukan sehari-hari dalam usaha mencapai nafkah atau penghasilan, yang diutamakan di
sini pekerjaan responden atau suami dan ini berpedoman pada
Treiman Accupational yang telah divalidasi yang telah
divalidasi dan reliabilitas, sehingga skornya berbeda dengan berskala interval.
2. Pertambahan penduduk dalam jumlah besar menyebabkan
peningkatan kemelaratan serta distribusi, pangan yang tidak mencukupi,
kesemuanya itu membantu bertambahnya jumlah penduduk yang lapar dan
kurang gizi, kekurangan gizi yang berkelanjutan menyebabkan kekurangan
gizi musiman atau kekuarangan gizi tetap yang secara teratur
bahkan merupakan bagian hidup dari banyak penduduk atau keluarga.
3. Dalam sayuran daun hijau sudah terdapat pengadaan
gizi yang lengkap, pencernaan menjadi lancar, kesehatan dan kesejahteraan
terjamin.
Disamping kesalahan logika, kesalahan kalimat dapat terjadi ketidaklengkapan. Kalimat yang tidak lengkap itu hanya mengandung sebagian saja unsur-unsur yang seharusnya ada. Perhatikan dua buah kalimat yang terdapat pada teks berikut!
Disamping kesalahan logika, kesalahan kalimat dapat terjadi ketidaklengkapan. Kalimat yang tidak lengkap itu hanya mengandung sebagian saja unsur-unsur yang seharusnya ada. Perhatikan dua buah kalimat yang terdapat pada teks berikut!
(1) Situasi pasar bunga memang tidak menggembirakan.
Sehingga pada pedagang bunga mulai berusaha di bidang bisnis yang lain.
Kalimat kedua pada teks tersebut merupakan kalimat yang
hanya diisi keterangan. Akan lebih baik jika kalimat kedua itu diintegrasikan
menjadi satu dengan kalimat sebelumnya atau diupayakan menjadi kalimat yang dapat
berdiri sendiri, sebagaimana tampak pada hasil perbaikannya berikut.
(1a) Situasi pasar bunga memang tidak menggembirakan sehingga
para pedagang bunga mulai berusaha di bidang bisnis yang
lain.
atau
(1b) Situasi pasar bunga memang tidak menggembirakan. Para
pedagang bunga mulai berusaha dibidang bisnis yang lain.
Kalimat yang digunakan adalah kalimat-kalimat yang padat.
Karena itu, kalimat-kalimat yang boros dan kata-kata dipandang sebagai
kalimat yang tidak baik walaupun kalimat itu benar dari segi gramatika. Kalimat
berikut ini merupakan kalimat yang boros. Berdasarkan sifat masalah dan
tujuan penelitian ini maka rancangan penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah rancangan penelitian deskriptif. Kalimat tersebut dapat
dibuat menjadi lebih ringkas. Bandingkan kalimat itu dengan kalimat ringkas
berikut:
Berdasarkan sifat masalah dan tujuan penelitian ini,
rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian deskriptif
Kesalahan kalimat secara eksternal diukur dari cocok
tidaknya sebuah kalimat-kalimat yang lain. Perhatikan kalimat-kalimat
yang terdapat pada paragraf berikut.
Proyek lembah Dieng terletak di dukuh Sumberjo, desa Kalisungo yang termasuk dalam daerah Kabupaten Malang. Daerah Malang yang sejuk terdiri dari pegunungan-pegunungan kecil.
Dua buah kalimat dalam paragraf tersebut benar-benar internal, tetapi salah secara eksternal. Kedua kalimat itu tidak membentuk satu gagasan yang utuh dan padu dalam paragraph.
Proyek lembah Dieng terletak di dukuh Sumberjo, desa Kalisungo yang termasuk dalam daerah Kabupaten Malang. Daerah Malang yang sejuk terdiri dari pegunungan-pegunungan kecil.
Dua buah kalimat dalam paragraf tersebut benar-benar internal, tetapi salah secara eksternal. Kedua kalimat itu tidak membentuk satu gagasan yang utuh dan padu dalam paragraph.
C. Membetulkan Kesalahan Kalimat
Ada beberapa jenis kesalahan dalam menyusun kalimat.
1.Kalimat tanpa Subjek
Dalam menyusun sebuah kalimat seringkali dengan kata depan
atau preposisi, lalu verbanya menggunakan bentuk aktif atau
berawalan meN-baik dengan atau tanpa akhiran –kan. Dengan demikian dihasilkan
kalimat – kalimat salah seperti di bawah ini.
(1). Bagi yang merasa kehilangan buku tersebut harap
mengambilnya di kantor.
(2). Untuk perbaikan prasarana pengairan tersebut memerlukan
partisipasi aktif dari masyarakat.
(3). Dengan beredarnya koran masuk desa bermanfaat sekali
bagi masyarakat pedesaan.
Untuk membetulkan kalimat di atas dapat
dilakukan dengan
a) Menghilangkan kata depan pada masing – masing
kalimat tersebut, atau
b) Mengubah verba pada kalimat tersebut, misalnya dari
aktif menjadi pasif.
Jadi kemungkinan pembetulan kelima kalimat adalah
(1) Yang merasa kehilangan buku tersebut harap mengambilnya di kantor. 7
Jadi kemungkinan pembetulan kelima kalimat adalah
(1) Yang merasa kehilangan buku tersebut harap mengambilnya di kantor. 7
(2) Perbaikan prasarana pengairan tersebut memerlukan
partisipasi aktif dari masyarakat.
(3) Hadirin yang menginginkan terbitan lembaran sastra dapat
menghubungi bagian sirkulasi.
(4) Beredarnya koran masik desa bermanfaat sekali bagi
masyarakat pedesaan
Dalam pembetulan di atas, maka subjeknya menjadi lebih
jelas, yaitu berturut – turut adalah yang merasa kehilangan buku tersebut,
perbaikan prasarana pengairan tarsebutpartisipasi aktif dari masyarakat, rapat
lenglap fakults sastra ini, pergantian pengurus, hadirin yang menginginkan terbitan
lembaran sastra, dan beredarnya koran masuk desa. Perlu dicatat bahwa dalam kalimat di atas tersusun
dengan pola inversi, subjeknya berada di belakang predikat. Terjadinya kesalahan
seperti kalimat (1 s.d.3) di atas karena mengacaukan dua struktur kalimat yang
benar.
2. Kalimat dengan Objek Berkata Depan
Kesalahan yang telah dibicarakan di atas dapat
dikatakan sebagai kesalahan pemakaian kata depan pada awal kalimat yang
biasanya diduduki subjek. Kesalahan pemakaian kata depan itu juga sering ditemui pada objek. Sebagai contoh:
(5) Hari ini kita tidak akan membicarakan lagi
mengenai soal harga, tetapi soal ada tidaknya barang itu.
(6). Dalam setiap kesembatan mereka tidak bosan –
bosannya mendiskusikan tentang dampak positif pembuatan waduk itu.
Kalimat (5) dan (6) dapat dibetulkan dengan menghilangkan
kata depan mengenai pada kalimat (5) dan tentang pada kalimat (6).
Kesalahan seperti pada contoh (5 dan 6) ini juga terjadi karena mengacaukan dua bentuk yang
benar, yaitu:
Membicarakan soal harga
Berbicara mengenai soal harga
Mendiskusikan dampak positif pembuatan waduk
Mendiskusikan dampak positif pembuatan waduk
Berdiskusi tentang dampak positif pembuatan waduk
Perlu dicatat bahwa dalam bahasa Indonesia terdapat beberapa
verba dan kata depan yang sudah merupakan paduan, misalnya:
Bertentangan dengan, bergantung pada, berbicara tentang,
Bertentangan dengan, bergantung pada, berbicara tentang,
menyesal atas, keluar dari, sesuai dengan, serupa dengan.
3.Konstruksi Pemilik Berkata Depan
Kesalahan pemakaian kata depan lain yang ditemui pada
konstruksi frasa:
termilik + pemilik. Secara berlebihan sering ditemui
adanya kecenderungan
mengeksplisitkan hubungan antara termilik dengan permilik
dengan memakai kata
depan dari atau daripada, misalnya:
(7) Kebersihan lingkungan adalah keburtuhan dari warga.
(8) Buku – buku daripada perpustakaan perlu ditambah.
(7) Kebersihan lingkungan adalah keburtuhan dari warga.
(8) Buku – buku daripada perpustakaan perlu ditambah.
Konstruksi frasa yang sejenis dengan kebutuhan dari
warga dan buku – buku daripada perpustakaan ini sering kita dengar dalam
pidato – pidato (umumnya tanpa teks). Misalnya:
(9) Biaya dari pembangunan jembatan ini; kenaikan
daripada harga – harga barang elektronik.
Dalam karangan keilmuan konstruksi frasa yang tidak baku
seperti di atas hendaknya dihindari karena dalam bahasa Indonesia hubungan
“termilik” + pemilik bersifat implisit. Karena terpengaruh oleh (antara
lain) bahasa Jawa hubungan “termilik + pemilik” sering dieksplesitkan dengan
sufiks –nya, misalnya:
(10) Rumahnya Heri bajunya Riki
(10) Rumahnya Heri bajunya Riki
pemakaian –nya seperti contoh (10) perlu dihindari.
Namun hal yang lain, “termilik + pemilik itu perlu dipertegas dengan sufiks
–nya. Bandingkan kedua contoh di bawah ini!
Guru Parman dengan gurunya Parman
Bapak Martono dengan bapaknya Martono
Guru Parman dengan gurunya Parman
Bapak Martono dengan bapaknya Martono
Kesalahan yang sering terjadi ialah pemakaian verba
seperti pada kalimat di bawah ini, misalnya:
(11) Setelah semuanya siap, mereka menaburi benih ikan yang terpilih.
(11) Setelah semuanya siap, mereka menaburi benih ikan yang terpilih.
(12) (setiap bulan), kakaknya selalu mengirimi uang.
(13) Panitia menyerahkan hadiah lomba ketramilan remaja pada
acara penutupan.
Kesalahan seperti kalimat (11) dapat dibetulkan dengan melengkapi ‘tempat’ menaburi benih ikan yang terpilih, misalnya kolam itu, sehingga kalimat yang betul adalah:
Kesalahan seperti kalimat (11) dapat dibetulkan dengan melengkapi ‘tempat’ menaburi benih ikan yang terpilih, misalnya kolam itu, sehingga kalimat yang betul adalah:
(11a) Setelah semuanya siap, menaburi benih ikan yang
terpilih kolam itu.
(11b) Setelah semuanya siap, mereka mereka menaburi
kolam itu dengan benihikan yang terpilih.
Dengan pembetulan itu, maka makna kalimatnya menjadi jelas. Jika dipertahankan seperti kalimat (11a) makna kalimat itu tidak jelas karena dapat ditafsirkan juga ‘menaburi sesuatu pada benuh yang terpilih’. Padahal penafsiran yang demikian bukan yang dimaksud dalam kalimat (11b).
Dengan pembetulan itu, maka makna kalimatnya menjadi jelas. Jika dipertahankan seperti kalimat (11a) makna kalimat itu tidak jelas karena dapat ditafsirkan juga ‘menaburi sesuatu pada benuh yang terpilih’. Padahal penafsiran yang demikian bukan yang dimaksud dalam kalimat (11b).
4. Kalimat yang ‘pelaku’ dan verbanya tidak bersesuaian
Dalam kalimat dasar, verba dapat dibedakan menjadi
verba yang menuntut hadirnya satu ‘pelaku’ dan verba yang menuntut hadirnya
lebih dari satu ‘pelaku’. Dalam pembentukan kalimat, kesalahan yang mungkin terjadi
ialah yang penggunaan verba dua ‘pelaku’, namun salah satu ‘pelakunya’
tidak tercantumkan,
contoh:
(12) Dalam perkelahian itu dia berpukul-pukulan dengan gencarnya.
(13) Dalam seminar itu dia mendiskusikan perubahan sosial masyarakat pedesaan sampai berjam – jam.
Dalam kalimat ( 12 ) verba berpukul-pukulan menuntut
hadirnya dua pelaku, yaitu dia dan orang lain, misalnya Joni.
( 13 ) Dalam perkelahian itu dia berpukul-pukulan dengan
Joni. Demikian pula kalimat ( 13 ), di samping pelaku dia
diperlukan hadirnya pelaku lain sebagai mitra diskusi, misalnya para
pakar, sehingga kalimat ( 13 ) menjadi :
( 13a ) Dalam seminar itu, dia mendiskusikan perubahan
sosial masyarakat pedesaan dengan para pakar.
5. Penempatan yang Salah Kata Aspek pada Kalimat Pasif
Berpronomina
Menurut kaidah, kanstruksi pasif berpronomina berpola aspek + pronomina + verba dasar. Jadi tempat kata aspek adalah di depan pronomina. Kesalahan yang sering terjadi ialah penempatan aspek di antara pronomina dengan verba atau dalam pola: *pronomina + aspek + verba dasar, misalnya
Menurut kaidah, kanstruksi pasif berpronomina berpola aspek + pronomina + verba dasar. Jadi tempat kata aspek adalah di depan pronomina. Kesalahan yang sering terjadi ialah penempatan aspek di antara pronomina dengan verba atau dalam pola: *pronomina + aspek + verba dasar, misalnya
(14 ) *saya sudah katakan bahwa….
*kita sedang periksa….
*kami telah teliti….
Bentuk – bentuk seperti contoh ( 14 ) dapat dibetulkan dengan memindahkan kata aspek ke depan pronomina menjadi sebagai berikut :
( 14a ) sudah saya katakan bahwa ….. sedang kita periksa …. telah kami teliti ….
Bentuk – bentuk seperti contoh ( 14 ) dapat dibetulkan dengan memindahkan kata aspek ke depan pronomina menjadi sebagai berikut :
( 14a ) sudah saya katakan bahwa ….. sedang kita periksa …. telah kami teliti ….
6. Kesalahan Pemakaian Kata Sarana
Dalam menyusun kalimat sering dipakai kata sarana,kata
sarana itu dapat berupa kata depan dan kata penghubung. Kata depan lazimnya
terdapat dalam satu frasa depan, sedang kata penghubung umumnya terdapat dalam
kalimat majemuk baik yang setara maupun yang bertingkat. Kesalahan pemakaian kata depan umumnya terjadi pada
pemakaian kata depan di, pada, dan dalam. Ketiga kata depan ini sering
dikacaukan,misalnya:
(15) Di saat istirahat penyuluh mendatangi para
petani.
(16) Benih itu ditaburkan pada kolam yang baru.
(17) Dalam tahun 1965 terjadi pemberontakan G 30
S/PKI. 12
Kata depan di ( 15 ) seharusnya adalah pada; kata
depan pada (16 )
seharusnya adalah dalam atau ke dalam; kata
depan dalam ( 17 ) seharusnya adalah pada. Adapun kesalahan pemakaian kata penghubung umumnya
terjadi karena ketidaksesuaian antara pamakaian kata penghubung dan makna
hubungan antarklausanya, misalnya:
( 18 ) Rapat hari ini ditunda berhubung peserta tidak
memenuhi kuorum
Kata penghubung berhubung ( 18 ) seharusnya diganti
karena atau sebab, menjadi kalimat di bawah ini.
( 18b ) Rapat hari ini ditunda karena peserta tidak memenuhi kuorum. Rapat hari ini ditunda sebab peserta tidak memenuhi kuorum.
Dalam hal ini perlu dicatat bahwa pemakaian kata penghubung karena sebaiknya tidak mengikuti verba disebabkan (18b) Rapat hari ini ditunda disebabkan karena peserta tidak memenuhi kuorum.
Dalam hal ini perlu dicatat bahwa pemakaian kata penghubung karena sebaiknya tidak mengikuti verba disebabkan (18b) Rapat hari ini ditunda disebabkan karena peserta tidak memenuhi kuorum.
Pemakaian disebabkan karena merupakan pemakaian
yang berlebihan, sehingga perlu dihemat seperti dalam kalimat berikut.
(18c ) Rapat hari ini ditunda disebabkan peserta tidak
memenuhi kuorum.
Kesalahan pemakaian kata penghubung lain,
misalnya:
( 19 ) Penanaman rumput gajah bagi masyarakat pedesaan
berguna untuk menyediakan pakan ternak juga mencegah adanya penggembalaan liar.
( 20 ) Pemasukan negara dari sektor pariwisata cukup besar,
maka pemerintah berusaha terus membangun daerah-daerah
wisata baru.
Pemakaian kata juga ( 19 ) seharusnya diganti kata dan, sedangkan kata maka ( 20 ) tidak tepat karena kata maka lazimnya hadir berpasangan dengan kata penghubung karena. Kalimat ( 20 ) akan lebih tepat jika diubah menjadi :
Pemakaian kata juga ( 19 ) seharusnya diganti kata dan, sedangkan kata maka ( 20 ) tidak tepat karena kata maka lazimnya hadir berpasangan dengan kata penghubung karena. Kalimat ( 20 ) akan lebih tepat jika diubah menjadi :
( 20a ) Karena pemasukan negara dari sektor pariwisata cukup
besar, maka
pemerintah berusaha membangun daerah-daerah wisata
baru.
D. Efektivitas Kalimat
Ada beberapa yang mengakibatkan suatu kalimat menjadi
kurang efektif..Penyebab suatu tuturan menjadi kurang
efektif.
1. Kurang Padunya Kesatuan Gagasan
Telah kita ketahui bahwa setiap tuturan terdiri atas
beberapa bagian atau satuan gramatikal. Agar tuturan itu memiliki kesatuan
gagasan, satuan-satuan gramatikalnya harus lengkap. Di samping itu, masing –
masing satuan tersebut hendaknya mendukung satu gagasan utama atau ide pokoknya. Perhatikanlah contoh berikut ini:
( 21 ) Setamat dari SMA, Wati bercita-cita melanjutkan
studinya di Fakultas Ekonomi. Fakultas Ekonomi didirikan pada
tahun 1972. Dosen, asisten, dan karyawannya mempunyai dedikasi yang cukup tinggi.
Contoh ( 21 ) memang tidak memiliki kesatuan gagasan, bahkan merupakan tuturan yang janggal. Mungkinkah Wati sudah mengetahui kapan Fakultas Ekonomi didirikan, dedikasi dosen dan asisten serta karyawannya yang cukup tinggi, sementara bagi Wati masuk Fakultas Ekonomi itu masih merupakan cita-cita belaka! Kejanggalan itu menunjukkan bahwa antara gagasan yang diungkapkan pada kalimat pertama tidak padu dengan gagasan yang diungkapkan pada kalimat kedua dan ketiga. Masing-masing kalimat itu cenderung mengungkapkan gagasan tersendiri. Hal ini terjadi karena dalam benak penutur terjadi kerancuan. Sementara penutur baru mengungkapkan cita-cita Wati, gagasan-gagasan lain yang sebenarnya harus dikesampingkan (terlebih dahulu) bermunculan. Dengan mengetahui tidak adanya kasatuan gagasan pada contoh ( 21 ), kita dapat menyimpulkan bahwa kesatuan gagasan akan terwujud bilamana gagasan yang satu bertautan dengan gagasan -gagasan lain. Atau secara teknis, kesatuan gagasan akan terwujud bilamana satuan gramatikal satu dengan satuan gramatikal yang lain memiliki pertautan maknawi.
Dari uraian di atas, agar dalam contoh ( 21 ) terwujud adanya kesatuan gagasan, maka setelah diungkapkan gagasan mengenai ‘cita-cita Wati’ pada kalimat pertama, perlu diungkapkan gagasan gagasan lain yang ada pertautannya dengan kalimat kedua, ketiga, dan seterusnya. Misalnya saja, setelah diungkapkan ‘cita-cita Wati’ dalam kalimat pertama ( yang nanti akan disebut kalimat topik ), lalu diungkapkan ‘sejak kapan Wati bercita-cita demikian’, ‘mengapa Wati bercita-cita demikian itu’, ‘bagaimana Wati berusaha mencapai cita-citanya itu’, dan mungkinkah cita-cita itu tercapai ? Kurang Ekonomis Pemakaian Kata. Ekonomis dalam berbahasa berarti penghematan pemakaian kata dalam tuturan. Penghematan ini berkaitan dengan masalah keseksamaan penuturan. Agar penuturan menjadi seksama, kata-kata yang dipakai hendaknya sesuai benar dengan gagasan yang ingin diungkapkan. Untuk itu, kata - kata yang tidak diperlukan benar dipandang dari sudut maknanya harus dihindari. Jadi, kehematan itu berkaitan dengan kecukupan. Hal ini berarti kita hendaknya menggunakan kata - kata tidak lebih dari yang diperlukan. Bandingkan kedua contoh di bawah ini !
Contoh ( 21 ) memang tidak memiliki kesatuan gagasan, bahkan merupakan tuturan yang janggal. Mungkinkah Wati sudah mengetahui kapan Fakultas Ekonomi didirikan, dedikasi dosen dan asisten serta karyawannya yang cukup tinggi, sementara bagi Wati masuk Fakultas Ekonomi itu masih merupakan cita-cita belaka! Kejanggalan itu menunjukkan bahwa antara gagasan yang diungkapkan pada kalimat pertama tidak padu dengan gagasan yang diungkapkan pada kalimat kedua dan ketiga. Masing-masing kalimat itu cenderung mengungkapkan gagasan tersendiri. Hal ini terjadi karena dalam benak penutur terjadi kerancuan. Sementara penutur baru mengungkapkan cita-cita Wati, gagasan-gagasan lain yang sebenarnya harus dikesampingkan (terlebih dahulu) bermunculan. Dengan mengetahui tidak adanya kasatuan gagasan pada contoh ( 21 ), kita dapat menyimpulkan bahwa kesatuan gagasan akan terwujud bilamana gagasan yang satu bertautan dengan gagasan -gagasan lain. Atau secara teknis, kesatuan gagasan akan terwujud bilamana satuan gramatikal satu dengan satuan gramatikal yang lain memiliki pertautan maknawi.
Dari uraian di atas, agar dalam contoh ( 21 ) terwujud adanya kesatuan gagasan, maka setelah diungkapkan gagasan mengenai ‘cita-cita Wati’ pada kalimat pertama, perlu diungkapkan gagasan gagasan lain yang ada pertautannya dengan kalimat kedua, ketiga, dan seterusnya. Misalnya saja, setelah diungkapkan ‘cita-cita Wati’ dalam kalimat pertama ( yang nanti akan disebut kalimat topik ), lalu diungkapkan ‘sejak kapan Wati bercita-cita demikian’, ‘mengapa Wati bercita-cita demikian itu’, ‘bagaimana Wati berusaha mencapai cita-citanya itu’, dan mungkinkah cita-cita itu tercapai ? Kurang Ekonomis Pemakaian Kata. Ekonomis dalam berbahasa berarti penghematan pemakaian kata dalam tuturan. Penghematan ini berkaitan dengan masalah keseksamaan penuturan. Agar penuturan menjadi seksama, kata-kata yang dipakai hendaknya sesuai benar dengan gagasan yang ingin diungkapkan. Untuk itu, kata - kata yang tidak diperlukan benar dipandang dari sudut maknanya harus dihindari. Jadi, kehematan itu berkaitan dengan kecukupan. Hal ini berarti kita hendaknya menggunakan kata - kata tidak lebih dari yang diperlukan. Bandingkan kedua contoh di bawah ini !
(22 ) – membicarakan tentang transmigrasi.
- membicarakan mengenai transmigrasi.
- saling kait-mengait antara yang satu dengan yang
lainnya.
- sudah pada tempatnya apabila.
( 22a ) – membicarakan transmigrasi.
- saling mengait antara satu dengan yang lainnya.
- sudah selayaknya apabila
Demi penghematan itu, sebuah kalimat majemuk pun dapat diringkas menjadi kalimat tunggal, misalnya
Demi penghematan itu, sebuah kalimat majemuk pun dapat diringkas menjadi kalimat tunggal, misalnya
( 23) Depresi ekonomi bukan hanya dirasakan oleh kaum
pribumi lapisan
bawah, tetapi juga dirasakan oleh kelompok elite
pribumi.
menjadi :
( 23a ) Depresi ekonomi dirasakan oleh kaum pribumi lapisan
bawah dan
kelompok elite.
atau :
( 23b ) Depresi ekonomi dirasakan kaum pribumi di
semua lapisan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar